Hamster

Selasa, 14 Desember 2010

Liputan News

Tidur berjalan yang dalam istilah medis disebut somnambulisme atau sleep walking adalah suatu kelainan/gangguan tidur yang biasanya terjadi pada anak-anak.

"Bisa terjadi pada anak perempuan atau lelaki berkisar antara usia 6 sampai 10 tahun, tapi tak tertutup kemungkinan terjadi pada anak balita," terang Dra. Hj. Iesye Widodo-Bone, psikolog dari RSAB Harapan Kita, Jakarta. Kecuali itu, bisa juga dialami orang dewasa. "Dianggap normal bila terjadi hanya sesekali pada anak-anak," ujar Iesye.

Tetapi bila kejadiannya berulang, perlu dilakukan tindakan medis lebih serius. Sebab, terang dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A, gangguan tidur bisa mengindikasikan kemungkinan anak menderita epilepsi. Untuk menentukan apakah gangguan tidur murni atau epilepsi, para ahli saraf biasanya melakukan pemeriksaan elektroencephalographi (EEG).

Sayangnya, terang Irawan, di sini belum ada fasilitas EEG khusus untuk pemeriksaan gangguan tidur. "Karena, kan, jarang sekali terjadi pasien dengan keluhan somnambulisme. Sedangkan di luar negeri karena pasiennya banyak maka sudah ada alat EEG khusus yang mempelajarinya."

Stadium tidur

Tapi, tentu saja kita tak boleh langsung pesimis, kendati alatnya belum ada, toh bisa dilihat dari gejala yang muncul pada anak saat mengalami gangguan tidur. Sehingga bisa diperkirakan apakah pasien termasuk penderita epilepsi atau bukan. "Pertama, apakah gejalanya ada yang stereotipik atau ada sesuatu yang khas. Seperti tingkah laku atau gerakan tangan yang khas," jelas spesialis anak dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, ini.

Pada anak yang menderita epilepsi, gangguan yang dialami anak waktunya tidak selalu malam hari. Selain itu, tampak gerakan tangan yang khas dan berulang dan pada setiap serangan kadang dapat disertai dengan gerakan berjalan. Sementara, pada anak yang mengalami tidur berjalan murni, biasanya kejadiannya teratur pada waktu malam antara jam 10 sampai 12 malam. Kalaupun terjadi lagi, maka pasti pada waktu yang sama.

"Tidurnya pun benar-benar dalam keadaan lelap, yaitu masuk stadium dalam fase tidur si anak. Sehingga tak jarang, kalau ayah-ibunya ingin membangunkannya pun kadang- kadang susah sekali," jelas Irawan. Selama tidur, terang Irawan, kita akan melewati stadium tidur. Pertama, awal tidur dari stadium satu sampai stadium empat tidur non REM (rapid eye movement). Kemudian, sepertiga malam; anak tidur lelap sekali. Berikutnya, stadium REMS (rapid eye movement sleep); anak gampang bangun karena mimpi-mimpi.

"Umumnya gangguan tidur terjadi pada fase sepertiga malam ke atas." Nah, tidur berjalan tergolong pada gangguan tidur yang terjadi pada fase sepertiga malam. Penyebabnya, sampai saat ini tidak dapat diketahui pasti. "Ada pendapat merupakan gangguan fungsi tidur yang terdapat pada nucleussuprachiasmaticus, yaitu pusat pemacu tidur yang akan mengirim sinyal ke kelenjar pineal. Kemudian akan menghasilkan hormon melatonin yang mempengaruhi tidur."

Kendati belum pasti karena masih dalam penelitian, tidur berjalan merupakan warning ada kelainan di otak atau karena fungsinya terganggu. Sedangkan menurut Iesye, tidur berjalan mungkin merupakan manifestasi keinginan yang terpendam saat anak terjaga sampai kemudian terbawa dalam mimpi. "Hal ini disebut juga sebagai acting-out dream yaitu melakukan suatu tindakan tanpa disadari, yang terjadi pada saat dia terjaga, akhirnya terbawa dalam mimpi," terang Kepala Unit Rehabilitasi Medik, RSAB Harapan Kita.

Misalnya, ingin naik pohon, eh malamnya saat mengalami tidur berjalan ia naik pohon beneran. Yang jelas, tutur Irawan yang berpraktek di Klinik Anakku Cinere ini, pada beberapa kasus ditemukan gangguan tidur bukan merupakan faktor bawaan dari lahir. "Justru faktor pemicunya berasal dari luar, seperti stres, migren, dan gangguan psiko-sosial atau gangguan tingkah laku."

Tapi, pada umumnya gangguan tidur memang bersifat familial. Maksudnya bila seorang anak mengalami tidur berjalan, mungkin salah satu orang tuanya, om atau tantenya mengalami hal sama pada masa kecilnya. Hal senada pun diungkapkan Iesye. "Catatan data medical literatur di Amerika pernah terjadi seluruh keluarga mempunyai kebiasaan tidur berjalan, dimana bapak-ibu, paman-bibi, dan anak-anak semuanya mempunyai kebiasaan sama."

Jangan dibangunkan

Yang jelas, jangan panik tatkala menghadapi anak yang mengalami tidur berjalan. Apalagi sampai berusaha keras membangunkannya. Sebab, saat tidur berjalan, terang Irawan, anak akan mengalami agitasi (seperti kebingungan). "Karena pada waktu itu fungsi-fungsi otaknya bekerja kuat, padahal ia dalam keadaan tidur. Sehingga bila orang tua membangunkannya dengan paksa, anak akan merasa bingung sekali.

Bahkan bisa saja anak bersikap ingin menyerang atau ingin lari," terangnya. Memang, tidur berjalan bisa mengundang bahaya bagi si anak. Karena, saat berjalan ia berada dalam keadaan tidak sadar. Nah, mungkin saja ia kemudian naik tangga atau bahkan naik ke atas pohon. Bukan tidak mungkin, kan, kalau kemudian ia terjatuh. Atau dikhawatirkan ia malah memegang benda-benda tajam yang ada di dalam rumah.

Untuk mengatasinya, sebaiknya orang tua atau siapa saja yang melihatnya berusaha menuntunnya kembali ke tempat tidur secara halus. Jangan justru menjadi cemas berlebihan. "Sehingga menimbulkan stres dan insecurity feeling atau perasaan tak aman pada anak yang bersangkutan," pesan Iesye.

Lagipula kecemasan orang tua tidaklah beralasan karena umumnya tidur berjalan tidak menetap sifatnya. "Lebih baik orang tua mengambil langkah-langkah preventif agar anak tersebut terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Entah itu terbentur ke dinding atau tembok." Kecuali bila kebiasan ini tidak menghilang dan terus menerus berulang. "Jadi, bila episode gangguan tersebut terjadi sangat sering, maka perlu tindakan tertentu."

Dianjurkan segera meminta bantuan psikolog dan dokter. Mungkin psikolog akan mencoba menggali dan meredakan pemicu tidur berjalan, sementara dokter dapat memberikan resep obat yang dapat menekan kondisi atau fase tidur yang lelap dari anak yang bersangkutan."Tentu saja diperlukan kerja sama dan tindakan lebih lanjut antara dokter dan psikolog atau psikiater anak, sehingga bisa mempercepat penanganan."

Bila anak Anda mengalami tidur berjalan, sebaiknya lakukan beberapa langkah pengamanan seperti yang dituturkan Iesye berikut ini:

* Pintu dan jendela harus selalu terkunci dan temani anak sewaktu tidur.

* Benda-benda tajam, seperti gunting, pisau, maupun alat-alat dari listrik sebaiknya disingkirkan dari kamar tidur anak yang bersangkutan.

* Tidak dianjurkan untuk membangunkan anak yang mengalami gangguan tidur berjalan tersebut karena akan menimbulkan kebingungan dan rasa takut pada anak yang bersangkutan.

* Anak yang sedang dalam keadaan berjalan dalam tidurnya diupayakan dan dibimbing untuk kembali ke tempat tidurnya.

* Bila anak terjaga dari tidurnya, mereka umumnya tidak dapat mengingat sedikit pun mengenai episode berjalan dalam keadaan tidur yang dialaminya. Tak ada salahnya orang tua menerangkannya secara tenang. Namun kalau si anak tidak ingat, tidak perlu dipaksakan harus ingat apa yang baru saja terjadi. Nanti dia malah tambah bingung.

0 komentar:

Posting Komentar